Business Case
adalah analisis dari nilai organisasi, kelayakan,
biaya, manfaat, dan risiko dari rencana proyek.
Atribut dari Business Case yang baik:
- Rincian semua kemungkinan dampak, biaya, dan manfaat
- Jelas membandingkan alternatif
- Secara obyektif mencakup semua informasi yang berhubungan
- Sistematis dalam hal merangkum temuan
Atribut dari Business Case yang baik:
- Rincian semua kemungkinan dampak, biaya, dan manfaat
- Jelas membandingkan alternatif
- Secara obyektif mencakup semua informasi yang berhubungan
- Sistematis dalam hal merangkum temuan
Untuk membuat rencana tentu saja membutuhkan
strategi, suatu organisasi didalamnya melibatkan business case, business case
harus dijalankan oleh suatu sistem. Sistem tersebut adalah sistem ERP.
Sistem ERP adalah seperangkat infrastruktur dan
software yang tidak dapat dilepaskan dari aspek ‘best practices’,
artinya, mencerminkan cara terbaik dalam mengelola bisnis berdasarkan
pengalaman para pelaku bisnis atau teori akademik. Tujuan utama penggunaan
sistem ini adalah untuk meningkatkan kerja sama dan interaksi antarsemua
departemen atau fungsi dalam perusahaan.
ERP berperan sebagai sebuah teknologi yang memfasilitasi keterkaitan antara
teknologi informasi dan bisnis. ERP dapat digunakan sebagai alat bantu
manajemen yang efektif dan memungkinkan perusahaan untuk berintegrasi pada
semua tingkatan serta memanfaatkan modul-modul ERP yang penting bagi perusahaan
seperti material planning, keuangan dan akuntasi, human resource management,
dan lain-lain.
Agar manfaat ERP tersebut dapat dicapai, maka diperlukan perencanaan
implementasi yang cermat. Sebagai sebuah paket software, implementasi ERP juga
dapat mengacu pada tahapan implementasi system software pada umumnya.
Aspek yang dikaji dalam setiap tahapan meliputi berbagai dimensi dari
organisasi, yang meliputi dimensi organisasi , manusia, informasi dan
teknologi.
2.
Change Management dalam implementasi ERP adalah
tentang bagaimana mengelola perubahan itu sendiri terhadap Organisasi,
bagaimana menyelaraskan antara orang dengan strategi perusahaan. Jadi fokus
utama dalam Change Management adalah orang dalam organisasi itu sendiri.
Terdapat tiga kegiatan utama dari Change Management itu sendiri :
- Business Impact Analysis, kegiatan ini meliputi analisa terhadap dampak yang timbul dari implementasi ERP ini terhadap business process yang ada, melakukan kontrol/monitoring terhadap SOP atau kebijakan perusahaan yang harus dilakukan penyesuaian atau bahkan pembuatan SOP atau kebjiakan baru.
- Training Plan & Execution, meliputi analisa kebutuhan training terkait implementasi ERP, membuat Training Development & Plan, menyiapkan Training Materials, memastikan terlaksananya training kepada Super User maupun End User.
- Communication Plan & Execution, kegiatan ini meliputi seluruh kegiatan komunikasi yang dilakukan antara Project Management dengan pihak-pihak terkait.
Ketiga aktifitas ini tentunya saling keterkaitan satu
sama lainnya, dan semuanya bermuara dari Business Impact Analysis. Setidaknya
terdapat enam area yang menjadi target analisa dalam kegiatan ini :
- Policy & Procedure, apakah ada perubahan Policy atau Procedure atau apakah perlu penambahan Policy & Procedure.
- Roles & Responsibilities, apakah ada perubahan secara tugas dan tanggung jawab dalam suatu proses, apakah perlu ada suatu tugas dan tanggung jawab baru, atau adakah pengalihan tugas dan tanggung jawab dari satu bagian/unit ke bagian/unit lainnya dalam organisasi.
- Organization Unit, apakah perlu satu bagian/unit yang baru untuk mengerjakan proses tersebut, atau apakah proses tersebut mengakibatkan suatu bagian/unit tertentu melakukan komputerisasi dimana sebelumnya tidak melakukan hal tersebut.
- Number of Workforce, apakah ada perubahan role pada proses tersebut sehingga mempengaruhi besar load dari pekerjaan/proses tersebut, berapakah sebenarnya jumlah orang yang diperlukan untuk melakukan proses tersebut, apakah perlu penambahan atau pengurangan orang.
- Competencies & Skill, identifikasikan skill yang diperlukan untuk proses tersebut, baik skill ERP maupun non ERP.
- Facilities & Infrastructure, apakah ada unit/bagian yang memerlukan komputerisasi, apakah komputer dan jaringannya sudah cukup tersedia untuk melakukan ERP Transaction.
Sayangnya dari ke enam area analisa diatas, Change
Management Team dalam project ini terlalu fokus pada seberapa besar
implementasi ERP ini memberikan dampak terhadap perubahan prosedur atau
kebijakan perusahaan saja (area pertama diatas), padahal hasil analisa dampak
terhadap lima area lainnya sangat berpengaruh terhadap kelancaran schedule Go
Live khususnya dan implementasi ERP pada umumnya, analisa dampak yang belum
teridentifkasi oleh Change Management team project ini antara lain :
- Belum teridentifikasinya
seberapa banyak perubahan tugas dan tanggung jawab yang ditimbulkan dari
perubahan suatu proses bisnis, apakah terdapat pengalihan tugas dan
tanggung jawab dari suatu unit/bagian di satu departemen ke unit/bagian
departemen lain, sehingga jika hal ini dapat teridentifikasi maka bisa
diperkirakan berapa jumlah unit/bagian yang perlu diberikan training
tentang tugas dan tanggung jawab yang baru tersebut, apakah proses
tersebut mengakibatkan unit/bagian tersebut perlu perlu melakukan komputerisasi
sehingga perlu diberikan training komputer (area Roles &
Responsibilities dan Organization Unit).
Dari sisi Man Power Planning, dengan adanya perubahan proses bisnis apakah berpengaruh terhadap load kerja dari suatu unit/bagian tertentu sehinga perlukah penambahan atau pengurangan jumlah orang pada unit/bagian tersebut (area Number of workforce). - Jika kedua point diatas bisa teridentifikasi dengan baik tentunya akan lebih mudah merancang training plan untuk keperluan implementasi project SAP ini, berapa orang yang perlu diberikan training komputer dasar terlebih dahulu, berapa orang yang perlu di training dari suatu modul tertentu, berapa unit computer yang diperlukan untuk pelaksanaan training tersebut, berapa banyak ruangan yang diperlukan, dengan jumlah trainer yang tersedia berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan training tersebut dan seterusnya. Dari masalah training ini saja cukup banyak issue yang timbul, seperti waktu pelaksanaan training yang bertambah dua kali lipat dari jadwal yang teah direncanakan, adanya peserta yang sama sekali belum familiar dengan penggunaan komputer, belum lagi adanya peserta (end user) yang mendapat materi training yang bukan pekerjaannya, dan lain-lain.
- Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya dan belum teridentifikasi dengan baik oleh Change Management Team ini adalah tentang fasilitas dan infrastruktur, berapa banyak komputer yang perlu ditambah atau di upgrade, apakah jaringan yang tersedia sudah cukup untuk bisa mengakses aplikasi ERP, berapakah printer yang perlu ditambah atau di upgrade, apakah perlu hardware lainnya seperti scanner barcode jika ada, dan lain sebagainya.
Kalau dilihat dari masalah-masalah yang timbul diatas
terlihat betapa pentingnya kegiatan Communication Plan and Execution bagi Change
Management Team ini dimana koordinasi dan komunikasi mutlak diperlukan terhadap
pihak-pihak terkait seperti bagian IT untuk infrastruktur, bagian HR untuk
kebutuhan training, dan bagian-bagian terkait lainnya dari enam area analisa
dampak diatas. Untuk itu dalam Change Management Team perlu kiranya dibentuk
Communication Team yang mumpuni selain Business Impact Team dan Training Team.
3. Mendefinisikan TCO (total cost of
ownership)
TCO dapat dikategorikan menjadi :
> Biaya langsung atau biaya di depan (direct & up-front cost) : pembayaran awal untuk semua perangkat keras, perangkat lunak, peralatan telekomunikasi, biaya pengembangan atau instalasi, biaya konsultasi, dsb
> Biaya berjalan (ongoing cost) : gaji, biaya training, biaya upgrade, maintenance, supply, dsb
> Biaya tidak langsung (indirect cost) : pengeluaran akibat berkurangnya procuktivitas, biaya akibat adanya kegagalan sistem, biaya audit peralatan, quality assurance, dan PIR / Post Implementation Review
TCO dapat dikategorikan menjadi :
> Biaya langsung atau biaya di depan (direct & up-front cost) : pembayaran awal untuk semua perangkat keras, perangkat lunak, peralatan telekomunikasi, biaya pengembangan atau instalasi, biaya konsultasi, dsb
> Biaya berjalan (ongoing cost) : gaji, biaya training, biaya upgrade, maintenance, supply, dsb
> Biaya tidak langsung (indirect cost) : pengeluaran akibat berkurangnya procuktivitas, biaya akibat adanya kegagalan sistem, biaya audit peralatan, quality assurance, dan PIR / Post Implementation Review
Cara
menghitung TCO: Biaya investasi awal software + biaya training dan biaya
upgrade serta pemeliharaan software selama waktu penggunaannya.
- Definisi umum: Perkiraan semua biaya langsung dan tidak langsung berkaitan dengan sebuah aset atau teknologi selama siklus hidupnya.
- Konsep berdasarkan pada teori biaya transaksi (transaction cost theory) oleh Oliver E. Williamson, 1985
- Analisis TCO awalnya dikembangkan oleh perusahaan riset Grup Gartner pada tahun 1987 untuk menentukan biaya dari memiliki dan menggunakan komputer pribadi pada sebuah perusahaan.
- Idealnya penilaian TCO selain mengandung biaya pembelian, juga semua aspek dalam penggunaan dan perawatan suatu peralatan atau sistem.
- Biaya-biaya tersebut meliputi:
–
Biaya Pelatihan untuk petugas support.
- Biaya
pelatihan untuk user
- Biaya yang
terjadi jika terjadi kerusakan (terencana atau tidak terencana).
- Insiden
yang mengurangi kinerja (misal: user menunggu selama ada perbaikan)
- Biaya jika
ada masalah keamanan (reputasi dan pemulihannya)
- Biaya
persiapan bencana dan pemulihannya.
- Ruangan
- Listrik
- Biaya
pengembangan
- Biaya test
infrastruktur IT
- Quality
Assurance
- Boot image
control
- Penanganan
sampah elektronik
-
Penonaktifan sistem / peralatan
- TCO memandang melampaui investasi modal awal dengan mempertimbangkan dukungan teknis, administrasi, pelatihan, dan penghapusan.
- TCO mengestimasi biaya tahuan per pengguna untuk setiap pilihan prasarana potensial; biaya ini kemudian dijumlahkan.
- Perkiraan yang teliti berdasarkan TCO memberikan angka perhitungan yang dapat membandingkan pilihan investasi atau pengadaan aset.
- Rumus Menghitung TCO:
TCO = total cost of ownership
A = acquisition cost
P.V. = present value at the company`s cost of money
A = acquisition cost
P.V. = present value at the company`s cost of money
Σ = the sum of the terms in ( ) from years i to n
Ti = training cost in year i
Oi = operating cost in year i
Mi = maintenance cost in year i
4. Tantangan yang
Dihadapi dalam Implementasi ERP System Investasi ERP sangat mahal Pembangunan
sebuah sistem ERP dapat dipastikan memerlukan investasi yang cukup mahal.
Penyediaan hardware dan software, terlebih lagi biaya yang harus dikeluarkan
untuk maintenance sistem tersebut. Ini merupakan salah satu tantangan yang
harus diperhitungkan oleh perusahaan, ERP yang berhasil digunakan oleh sebuah
perusahaan tidak menjadi jaminan berhasil di perusahaan yang lain Keberhasilan
implementasi ERP bergantung pada tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam
pelaksanaan sistem ini, bukan dari sistem ERP sendiri. Maka ketika suatu sistem
ERP berhasil diimplementasi di suatu perusahaan, belum tentu perusahaan lain
akan berhasil juga melaksanakannya. Perencanaan harus dilakukan untuk
menyeleksi ERP yg tepat Bahkan dalam beberapa kasus yang ekstrem, evaluasi
pilihan ERP menghasilkan rekomendasi untuk tidak membeli ERP, tetapi
memperbaiki Business Process yang ada Tidak ada ‘keajaiban’ dalam ERP software.
Keuntungan yang didapat dari ERP adalah hasil dari persiapan dan implementasi
yang efektif Tidak ada software atau sistem informasi yang bisa menutupi business
strategy yang cacat dan business process yang ‘parah’ Pengetahuan tanpa
pengalaman menyebabkan orang membuat perencanaan yang terlihat sempurna tetapi
kemudian terbukti tidak bisa diimplementasikan Ada struktur proses seleksi yang
sebaiknya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam memilih ERP.
Hal-hal
yang harus dilakukan adalah
Maintainability
1)
Analyzability
Berdasarkan sistem yang telah dibangun dapat dianalisa bahwa sistem ini belum cukup
mudah untuk diketahui jikaterdapat
kesalahan dalam proses pembangunan sistemsehingga diperlukan usaha yang lebih dalam melakukan modifikasi
sistem ERP ini
2)
Changeability
Berdasarkan sistem yang telah dibangun dapat dianalisa bahwa sistem ini mudah untuk
dimodifikasi apabila dilakukandengan usaha
yang maksimal karena sistem ini telahmenyediakan modul untuk menambah
fitur tambahan
3) Stability
Dari analisa
sistem yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa fungsi–fungsi dalam
sistem dapat bekerja secaraoptimal jika salah satu fungsi mengalami modifikasi.
Karenasistem telah dibuat dengan mudah
sehingga jika terjadi perubahan di salah satu fungsi maka fungsi
yang lain di dalamsistem masih dapat bekerja dengan baik
4) Testability
Dari analisa
sistem yang telah dilakukan, dapat dikatakan jika sistem yang dibangun dan
telah dimodifikasi dapat divalidasi secara
baik, hal ini dikarenakan sistem telahdibangun sehingga dapat dengan
mudah dimodifikasi.
1. legacy system
adalah sistem lama yang masih tetap digunakan meskipun sistem baru dengan
teknologi yang lebih baru, lebih modern, dan lebih efisien sudah muncul. Sistem
lama tetap digunakan dengan pertimbangan bahwa sistem tersebut masih berfungsi
dan masih sesuai dengan kebutuhan para penggunanya. Legacy system sebenarnya
meliputi berbagai macam prosedur dan istilah yang tidak lagi relevant untuk
digunakan dengan konteks kekinian, dan bisa membingungkan pemahaman mterhadap
suatu teknologi tertentu.
Istilah
'legacy" pada umumnya berkaitan dengan ukuran maupun usia sistem -
misalnya mainframe yang menjalankan Linux 64-bit dan Java vintage code.
Meskipun
istilah tersebut biasanya mengacu ke dunia komputer dan software, namun istilah
itu juga bisa digunakan untuk mendeskripsikan berbagai perilaku manusia,
metode, dan piranti. Misalnya, timber framing yang menggunakan wattle daub
adalah suatu metode 'legacy' dalam konstruksi gedung.
2. ERP (Enterprise Resource Planning) adalah sebuah
konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber daya perusahaan meliputi
dana, manusia, mesin, suku cadang, waktu, material dan kapasitas yang
berpengaruh luas mulai dari manajemen paling atas hingga operasional di sebuah
perusahaan agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menghasilkan nilai
tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan (stake holder) atas
perusahaan tersebut.
ERP berfungsi mengintegrasikan proses-proses penciptaan produk atau jasa
perusahaan, mulai dari pemesanan bahan-bahan mentah dan fasilitas produksi
sampai dengan terciptanya produk jadi yang siap ditawarkan kepada pelanggan
(Indrajit, Djokopranoto, 2002). Selain itu ERP juga membantu mengintegrasikan
data-data didalam organisasi didalam sebuah platform yang umum
(ERP Wire, 2006). Menurut Daniel E. O’Leary sistem ERP memiliki karakteristik
sebagai berikut [WHI-2006]:
- Sistem ERP adalah suatu paket perangkat lunak yang didesain untuk lingkungan pelanggan pengguna server, apakah itu secara tradisional atau berbasis jaringan.
- Sistem ERP memadukan sebagian besar dari proses bisnis.
- Sistem ERP memproses sebagian besar dari transaksi perusahaan.
- Sistem ERP menggunakan database perusahaan yang secara tipikal menyimpan setiap data sekali saja.
- Sistem ERP memungkinkan mengakses data secara waktu nyata (real time).
- Dalam beberapa hal sistem ERP memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan.
- Sistem ERP menunjang sistem multi mata uang dan bahasa, yang sangat diperlukan oleh perusahaan multinasional.
- Sistem ERP memungkinkan penyesuaian untuk kebutuhan khusus perusahaan tanpa melakukan pemrograman kembali.
MRP
merupakan sistim yang dirancang untuk kepentingan perusahaan manufaktur
termasuk perusahaan kecil. Alasannya adalah bahwa MRP merupakan pendekatan yang
logis dan mudah dipahami untuk memecahkan masalah-masalah yang terkait dengan
penentuan jumlah bagian, komponen, dan material yang diperlukan untuk menghasilkan
produk akhir. MRP juga memberikan skedul waktu yang terinci kapan setiap
komponen, material dan bagian harus dipesan atau diproduksi.
MRP didasarkan pada permintaan dependen. Permintaan dependen adalah permintaan yang disebabkan oleh permintaan terhadap item level yang lebih tinggi. Misalnya permintaan akan mesin otomotif, roda merupakan permintaan dependen yang tergantung pada permintaan otomobil. MRP digunakan pada berbagai industri terutama yang berkarakteristik job-shop, yakni industri yang memproduksi sejumlah produk dengan menggunakan peralatan produksi yang relatif sama.. MRP tidak akan cocok bila diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk dalam jumlah yang relatif sedikit.
Tujuan Material Requirement Planning (MRP)
Tujuan Sistim MRP adalah untuk mengendalikan tingkat inventori, menentukan prioritas item, dan merencanakan kapasitas yang akan dibebankan pada sistim produksi. Secara umum tujuan pengelolaan inventori dengan menggunakan sistim MRP tidak berbeda dengan sistim lain yakni:
- memperbaiki layanan kepada pelanggan,
- meminimisasi investasi pada inventori, dan
- memaksimisasi efisiensi operasi
Filosofi MRP
adalah “menyediakan” komponen, material yang diperlukan pada jumlah, waktu dan
tempat yang tepat.
3. Perkembangan
ERP melalui tahapan yang sangat lama dengan mengembangkan dari sistem yang
telah lahir sebelumnya, Tahap I : Material Requirement Planning (MRP),
merupakan cikal bakal dari ERP, dengan konsep perencanaan kebutuhan material 1.
Tahap II:
Close-Loop MRP, merupakan sederetan fungsi dan tidak hanya terbatas pada MRP,
terdiri atas alat bantu penyelesaian masalah prioritas dan adanya rencana yang
dapat diubah atau diganti jika diperlukan 2.
Tahap III:
Manufakturing Resource Planning (MRP II), merupakan pengembangan dari
close-loop MRP yang ditambahkan 3 elemen yaitu: perencanaan penjualan dan
operasi, antarmuka keuangan dan simulasi analisis dari kebutuhan yang
diperlukan 3.
Tahap IV:
Enterprise Resource Planning (ERP), merupakan perluasan dari MRP II yaitu
perluasan pada beberapa proses bisnis diantaranya integrasi keuangan, rantai
pasok dan meliputi lintas batas fungsi organisasi dan juga perusahaan dengan
dilakukan secara mudah 4.
Tahap V:
Extended ERP (ERP II) Merupakan perkembangan dari ERP Tahun 1970-an merupakan
konsep awal dari ERP dengan adanya MRP (Material Requirements Planning), sistem
ini meliputi perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material perusahaan. Tahun
1980-an MRP berkembang menjadi MRP II (Manufacturing Resource Planning), yang memperkenalkan
konsep mengenai penyatuan kebutuhan material (MRP) dan kebutuhan sumber daya
untuk proses produksi. Tahun 1990-an perkembangan ERP mulai pesat, awal dari
perkembangan ERP dumulai Tahun 1972 dengan dipelopori oleh 5 karyawan IBM di
Mannheim Jerman yang menciptakan SAP yang berfungsi untuk menyatukan solusi
bisnis. Pada dasarnya ERP adalah penambahan module keuangan pada MRP II,
sehingga lebih memudahkan bagi para pengambil keputusan menentukan
keputusan-keputusannya.
5.
Impact dari
ERP terhadapa organisasi adalah sebagai berikut :
1. Implementasi ERP sangat sulit karena penerapannya yang terintegrasi dan
organisasi harus merubah cara mereka berbisnis. Kesulitan penerapan ERP
ditambah dengan adanya resistance to change dari personil yang terkena imbasnya
akibat perubahan proses dari bisnis. 2. Biaya implementasi ERP yang sangat
mahal
3.
Organisasi hanya memikirkan manfaat yang besar dari penerapan ERP tetapi tidak
mempersiapkan personilnya untuk berubah 4. Permasalahan lainnya adalah pada personil
yang tiba-tiba dibebani dengan tanggung jawab yang lebih besar dengan kesiapan
yang kurang baik mental maupun keahliannya.
6. Penerapan
ERP pada perusahaan akan memperoleh keuntungan berupa perencanaan produksi,
pemrosesan pesanan, manajemen persediaan, pengiriman, maupun keuangan sehingga
mendukung pencapaian keberhasilan perusahaan. Kegiatan bisnis akan terintegrasi
dengan software ERP dan database umum yang dipelihara oleh DBMS. Menciptakan
perusahaan yang efisien, responsif serta lincah dalam persaingan bisnis yang
semakin ketat. Implikasi ERP pada perusahaan sangat di sesuaikan dengan keadaan
perusahaan. Perencanaa maupun penerapan ERP melalui proses yang dapat
dipertanggungjawabkan. Penerapan tersebut tidak hanya didukung dengan ERP
sebagai alat tetapi juga didukung oleh keempat komponen teknologi yaitu
humanware, technoware, organware dan infoware. Dari konsep keempat komponen
tersebut maka kesuksesan dalam ERP tergantung pada faktor-faktor sebagai
berikut :
a. Management/organisasi; meliputi
komitmen, edukasi, keterlibatan, pemilihan tim, pelatihan, serta peran dan
tanggung jawab.
b. Proses; meliputi alignment, dokumentasi, integrasi, dan re-desain
proses.
c. Teknologi; meliputi hardware, software, manajemen sistem, dan interface.
d. Data; meliputi file utama, file transaksi, struktur data, dan
maintenance dan integrasi data. e. Personel; meliputi edukasi, pelatihan,
pengembangan skill, dan pengembangan pengetahuan. Dalam implementasi ERP
terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan diantaranya :
1. The Big Bang Yaitu strategi penerapan seluruh modul dalam paket ERP
secara simultan di seluruh fungsi perusahaan. Kelebihannya adalah hanya
memerlukan sedikit interface antara sistem lama dan sistem baru, sangat efisien
dari segi waktu dan hasilnya optimal. Kekurangannya adalah implementasi yang
kompleks sehingga resiko kegagalan tinggi.
2. Step-by-step (Phased Approach)
Melakukan implementasi sedikit demi sedikit. Tahap selanjutnya berkonsentrasi
mengimplementasikan modul yang terkait. Keseluruhan proses bisnis harus
terlebih dahulu disiapkan. Kelebihannya adalah kompleksitas dapat dikurangi,
memungkinkan terjadinya perbaikan proyek yang akan dating akibat konsultasi
internal, ongkos tidak terlalu membebani. Kekurangan adalah waktu
implementasi keseluruhan lebih panjang. Manfaat dari ERP hanya dapat dirasakan
sedikit demi sedikit akibatnya hasil tidak optimal.
3. Small
Bang (Pilot Approach) Pembuatan model implementasi pada salah satu site atau
fungsi perusahaan sebagai pilot project dan diteruskan ke fungsi atau site yang
terkait. Kelebihannya adalah biaya relatif rendah, kompleksitas berkurang.
Kekurangannya adalah membutuhkan banyak customisasi akibat adanya operasi
spesifik antar site.