Nama : Irfan Bintara
NPM
: 1.413 KB 12
KNOWLEDGE
MANAGEMENT
DAN PENERAPAN ERP DI PERUSAHAAN:
SEBUAH MODEL KONSEPTUAL
Tujuan
dari penelitian ini adalah
meneliti pengaruh dari pembelajaran organisasi dan knowledge management
dalam penerapan
ERP di perusahaan . Penelitian ini berdasarkan pada pembelajaran
organisasi, knowledge management
dan penerapan ERP
perusahaan. Penelitian ini tidak menguji
semua faktor organisasi dan hanya berfokus pada kapasitas manajemen pengetahuan
dan kemampuan penerimaan. Keberhasilan
penerapan ERP di perusahaan merupakan keharusan. Dalam bisnis yang global dan sangat bersaing
dewasa ini, ERP
adalah sebuah infrasutruktur untuk menciptakan dan menjaga bisnis untuk
mengembangkan efisiensi dan efektivitas front-office dan back-office. Penelitian ini sangat signifikan untuk menghasilkan
pemikiran baru dalam mencari kunci prilaku menuju kesuksesan penerapan ERP yang didasari dari
pandangan manajemen pengetahuan dan akan membantu memahami faktor kunci
keberhasilan penerapan ERP diperusahaan.
1. Pendahuluan
Dewasa
ini, teknologi telah menjadi faktor yang sangat penting dalam kegiatan
usaha. Teknologi menjadi bagian yang
sangat penting dalam strategi usaha.
Teknologi diharapkan menjadikan proses usaha menjadi lebih efisien dan
efektif. Salah satu teknologi tsb yaitu Enterprise Resource Planning (ERP) –
Perencanaan Sumber Daya Perusahaan atau Enterprise
System (Sistem Perusahaan). ERP
merupakan sekumpulan software yang telah di integrasikan menjadi satu paket
untuk memproses organisasi bisnis menjadi lebih efektif dan efisien. ERP meliputi seluruh proses dari mulai
pemrosesan (manufaktur), supply chain (rantai supply), sales (penjualan),
financial (keuangan), human resource (sumber daya manusia), budgeting dan
aktifitas pelayanan nasabah/konsumen.
Menurut
Turban et al. (2006), ERP atau system perusahaan mengawasi semua proses usaha
yang penting dalam sebuah software pada waktu nyata (real time). ERP merupakan satu paket aplikasi yang
mengotomasikan operasional yang rutin seperti manajemen keuangan, manajemen pengadaan,
jadwal, pengisian order, pengawasan biaya, pembayaran dan penerimaan
keuangan. ERP juga menyangkut operasi
front end seperti POS, penjualan, Pelayanan.
ERP juga meningkatkan efisiensi, memperbaiki kualitas, produktivitas dan
keuntungan.
Keberadaan
ERP telah menjadi perkembangan yang sangat penting dan menantang dalam
penggunaan IT di perusahaan. Sebuah
organisasi seperti perusahaan telahn berinvestasi banyak pada perkembangan
sofwatre aplikasi untuk memenuhi perkembangan proses usaha, pengeluaran, pelayanan
konsumen dan umumnya persaingan (Sedera and Gable, 2010). Ide utama dalam pengembangan system ERP adalah mengejar arti “ingrasi” yang
sebenarnya (Mehrjerdi, 2010).
Menurut
Barney and Clark (2007), dalam Resource Based Theory (RBT), bahwa sudah
diketahui bahwa sumber daya dapat menjadi sumber keuntungan persaingan jika
sumber daya tsb memiliki nilai karakteristik, keunikan, tidak dapat ditiru dan
tidak dapat digantikan. Walaupun secara
luas orang mempercayai bahwa IT merupakan hal yang sangat mendasar dalam
pertumbuhan dan pertahanan sebuah perusahaan, dunia pendidikan masih mencoba
mencari mekanisme mendasar yang menghubungkan IT dengan pertumbuhan finansial. Bukti bukti yang ada di dunia bisnis yang
nyata dan penelitian kasus mengindikasikan bahwa penggunaan IT yang efektif dan
efisien merupakan faktor kunci dalam membedakan sebuah perusahan lebih berhasil
dari pesaingnya (Bharadwaj, 2000). Para
ahli yang berteori berdasarkan sumber daya mengatakan bahwa asset fisik, di
dalam dan di luar perusahaan itu sendiri, dapat berfungsi sebagai sumber daya
yang memberikan keuntungan yang bersaing hanya jika asset tsb berfungsi lebih
dari asset kompetitornya. (barney, 1991).
IT
juga dapat menjadi sumber keuntungan persaingan yang berkelanjutan. RBT (Resource Based Theory)
dan IT dipercaya dapat memberikan peranan dalam menciptakan keuntungan
persaingan yang berkelanjutan bagi perusahaan (Barney and Clark, 2007; Wade and
Hulland, 2004). Kepercayaan tsb
didasarkan pada dua pernyataan teori dasar sumber daya, pertama bahwa sumber daya dapat berbeda beda
dalam sebuah perusahaan dan kedua bahwa perbedaan sumber daya ini dapat terus
bertahan. Dengan menggunakan RBT, penelitian
ini akan secara terperinci menyelidiki hubungan pembelajaran organisasi dan
manajemen pengetahuan dengan keberhasilan penerapan ERP. Tabel
1.
Tujuan
dari penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh pembelajaran organisasi dan
manajemen pengetahuan pada Penerapan ERP
di perusahaan. Tabel 2.
2.
Review
Literatur
Dalam
bab ini akan dijelaskan mengenai pandangan atau teori yang biasa digunakan
sebagai dasar teori bagi penelitian, yaitu Resource-Based Theory (RBT),
Knowledge-Based Theory View (KBV) dan Organizational Learning (OL). Selain pandangan atau teori yang akan dibahas,
ada beberapa penelitian lainnya yang berhubungan dengan ERP dan Corporate
Culture (Budaya Perusahaan) yang dipercaya juga sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan penerapan perencanaan ERP.
Secara
umum, arah pandangan dan teori sebagai dasar teoritis penelitian ini dapat
digambarkan pada figure 1.
2.1.
ERP
dan Keberhasilan Penerapan ERP
Sistem
ERP dapat dipandang sebagai salah satu perkembangan innovative dalam IT di
tahun 1990. Dengan perkembangan ketertarikan banyak organisasi yang berpindah
dari fungsi ke proses yang didasari infrasuktrur IT, saat ini system ERP
merupakan solusi IT yang tersebar luas (Al-Mashari, 2003). Sistem perusahaan merupakan sebuah fenomena
dalam pasar IT. Potensi nya yang
signifikan bagi organisasi yang menggunakan computer tidak dapat
digambarkan. Sistem ini memperlihatkan
arsitektur yang hampir menyeluruh dari portofolio organisasi dalam system
aplikasi proses transaksi untuk mencapai penggabungan proses usaha , system dan
informasi yang sejalan dengan perubahan koresponden dalam mendukung platform
computer (hardware, software, database dan telekomunikasi) (Markus and Tanis,
2000).
ERP
mencakup produk pendukung operasional bisnis harian yang menyeluruh dan
pengambilan keputusan. Sistem ERP
melayani daerah industri dan fungsional dalam bisnis fashion yang menyeluruh,
mencoba untuk mengotomasi operasional mulai dari manajemen supply chain,
pengawasan pengadaan, jadwal manufaktur, pendukung penjualan, manajemen
hubungan konsumen (CRM), akutansi keuangan dan biaya, sumber daya manusia dan
area fungsional lainnya dalam organisasi
(Sedera et al. 2003)
Menurut
Markus and Tanis (2000) system perusahaan memiliki beberapa karakteristik yang
setiap bagiannya mempunyai implikasi yang sangat penting bagi organisasi. Integrasi, system perusahaan menjanjikan
integrasi seluruh informasi yang berkelanjutan meliputi seluruh informasi
keuangan perusahaan dan akutansi, informasi sumber daya manusia. Paket, system perusahaan merupakan paket
komersial, yaitu paket yang dibeli atau dilelang dari vendor vendor software
daripada yang dikembangkan oleh perusahaan itu sendiri. Latihan yang terbaik (best practices), karena
dirancang untuk memenuhi kebutuhan banyak organisasi, system perusahaan
dibangun untuk mendukung proses bisnis generic yang secara substansi mungkin berbeda
caranya dari organisasi bisnis tertentu.
Penerapan
ERP adalah proses yang sangat kompleks, berhubungan dengan kondisi yang beragam
dan banyak faktor yang mempengaruhi semua aspek penerapannya. Dalam penerapannya kondisi tersebut dapat
menimbulkan hasil yang positif maupun negative.
Hasil dari beberapa penelitian faktor keberhasilan penerapan ERP akan
dibahas selanjutnya.
Menurut
Bhatti (2005) penerapan system ERP sangat sukar dan memerlukan biaya yang
tinggi karena menuntut waktu dan sumber daya perusahaan. Berdasarkan survey 53 organisasi di
Australia, hasil penelitian nya menyarankan bahwa 65 item alat yang mengukur 7
dimensi penerapan ERP tervalidasi dengan baik.
Bhatti (2005) menyarankan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan
ERP, yaitu : Manajemen Project, proses mendesain ulang, pelatihan pengguna,
infrastuktur teknologi, perubahan manajemen, manajemen resiko, dukungan
pemimpin manajemen, komunikasi, kerja team, keikutsertaan pengguna, penggunaan
konsultan, tujuan yang jelas dan target serta keberhasilan akhir. Hal tsb diukur oleh 2 hal yaitu hasil project
dan hasil bisnis.
Dalam
penelitain lainnya Nah et al. (2001) menyelidiki faktor keberhasilan dari
penerapan ERP dengan cara melakukan beberapa review
literature. Berdasarkan
review tsb, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan
ERP. Faktor-faktor tersebut adalah kerjasama team,
perubahan manajemen, dukungan pemimpin manajemen, rencana dan visi, manajemen
dan pengembangan proses bisnis, manajemen project, pengawasan, komunikasi
efektif, pengembangan software dan tes, peranan project unggulan dan bisnis
yang tepat serta system IT yang legal.
Zabjek
et al (2009) juga menunjukan beberapa faktor kritis dalam penerapan ERP. Faktor-faktor tsb adalah dukungan top
manajemen, tujuan dan target yang jelas, organisasi team project dan
kompetensi, pelatihan dan pendidikan pengguna, rencana proses bisnis, manajemen
perubahanm komunikasi, keterlibatan dan partisipasi pengguna, manajemen system
hukum, layanan konsultan, manajemen project, sponsorship, system, teknologi dan
penyesuaian yang minimal. Faktor-faktor
tersebut memberikan pengaruh
yang positif pada keberhasilan penerapan ERP dan harus digunakan dalam project
penerapan system ERP. Hasilnya juga
mendukung pentingnya persepsi top manajemen; jika Faktor-faktor tersebut mempertimbangkan
manajemen proses usaha sebagai dasar perubahan usaha, maka Faktor-faktor tersebut Faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh
yang kuat dan positif dalam kesuksesan penerapan ERP. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh
Supramaniam dan Kuppusamy (2010) menyoroti beberapa faktor seperti dukungan top
manajemen, tujuan dan target yang jelas, pelatihan dan pendidikan software bagi
pengguna dalam proses usaya yang baru.
2.2.
Resource-Based Theory (RBT)
RBT
berasal dari pandangan resource-based (yang didasarkan pada sumber daya) pada
tahun 1980an yang timbul atas reaksi
penerimaaan lingkungan dalam yang bias terhadap paradigm strategi
persaingan. RBT adalah salah satu
kerangka literature strategi manajemen (Newbert, 2007). Menurut Wernerfelt (1984), bagi sebuah perusahaan sumber daya dan produk
ada di 2 sisi koin. Hampir semua produk
membutuhkan pelayanan dari berbagai sumber daya dan hampir semua sumber daya
dapat digunakan di beberapa produk.
Dengan merinci besarnya aktifitas sebuah perusahaan di pasar produk yang
beragam, kita dapat menduga besarnya kebutuhan komitmen sumberdaya. Sebaliknya dengan merinci profile sumber daya
bagi sebuah perusahaan, dimungkinkan untuk mengetahui aktifitas pasar produk
yang optimal.
Di
tahun yang sama, Rumelt (1991) menerbitkan penelitian resource-based yang kedua
dalam sebuah buku yang keluar pada saat konferensi mengenai strategic
management. Buku tersebut berisi
penelitian dengan tema yang sama, tapi tidak saling berhubungan. Dalam buku tsb Wernerfelt (1984) berfokus pada
pembuktian kemungkinan teori perbedaan pelaksanaan perusahaan dapat
dikembangkan sumber dayanya yang diawasi oleh perusahaan, sedangkan Rumelt mulai menggambarkan teori
strategis sebuah perusahaan yaitu sebuah teori yang menjelaskan mengapa sebuah
perusahaan hadir, yang berfokus pada kemampuan sebuah perusahaan untuk menghasilkan
economic rents. (freeman et al., 2001).
Barney
(1986) mengenalkan konsep pasar faktor
strategis sebagai sebuah pasar yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan untuk
mengembangkan sumber daya yang mereka butuhkan supaya mereka dapat menerapkan
strategi pasar produk mereka. Penelitian
ini juga sempat disebutkan oleh Wernerfelt dalam artikelnya “A Resource Based
Theory of The Firm”, asal resource-based teori dapat dilihat dari penelitian
tsb. Jika dilihat kebelakang, elemen2
resourse-based teori dapat ditemukan di penelitian Coase (1937). Stigler (1961)
dan Chandler (1977), yang menyebutkan pentingnya sumber daya dan penerapannya
bagi performans perusahaan (Mahoney and Pandian, 1992; Rygnum and Verbeke,
2002).
2.3.
Knowledge-Based View (KBV)
Tujuan
dari KBV yaitu untuk membuat sebuah perusahaan berfungsi secermat mungkin untuk
mengamankan keseluruhan keberhasilan dan kesuksesan dan sebaliknya menyadari
nilai yang terbaik dari asset pengetahuannya (Grant, 1996). Dengan kata lain, pengetahuan merupakan
sumber daya perusahaan yang sangat penting.
Sudah menjadi kepercayaan bahwa dikarenakan sumber daya yang berasal
dari pengetahuan biasanya sangat sulit ditiru dan secara social sangatlah
kompleks, maka dasar dari pengetahuan dan kemampuan yang sangat beragam
diantara perusahaan menjadi faktor utama dari keuntungan persaingan yang
berkelanjutan dan performa perusahaan yang superior.
Pengetahuan
ini mencakup berbagai hal termasuk budaya organisasi, identitas, kebijakan,
rutinitas, dokumen, system dan karyawan.
Pandangan ini berasal dari literature strategic management dan
berkembang menjadi Resource-based View of the firm (RBV) yang dipromosikan oleh
Penrose (1995) dan kemudian dikembangkan juga oleh lainnya (Wernerfelt, 1984;
barney, 1991; Conner, 1991). Teknologi
informasi memiliki peranan yang sangat penting dalam knowledge-based view
sebuah perusahaan. Sistem informasi tsb
dapat digunakan dalam mengembangkan manajemen pengetuahuan perusaan dalam skala
yang besar dan antar perusahaan. (Alavi and Leidner, 2001)
2.4. Teori Pembelajaran
Organisasi
Asumsi
dasar kebanyakan teori pembelajaran organisasi yaitu bahwa pembelajaran
dibentuk secara social, yaitu apa yang kita pelajari dan bagaimana cara kita
belajar secara mendasar berhubungan dengan proses pembelajaran itu sendiri
(Lane et al., 2001). Argrys and Schon
(1978) mengartikan pembelajaran organisasi sebagai sebuah proses dari
pendeteksian dan pembetulan kesalahan.
Menurut pandangan mereka sebuah organisasi belajar melalui individu yang
berperan sebagai agen bagi organisasinya; kegiatan pembelajaran ‘individu’
sebaliknya difasilitasi atau dibuat oleh system ekologi dari sebuah faktor yang
dinamakan system pembelajaran organisasi.
Satu
aspek kunci yang perlu diingat dalam pembelajaran organisasi yaitu bahwa sebuah
organisasi tidak boleh melepaskan kemampuan pembelajaran mereka pada saat
anggota organisasi tsb mengundurkan diri.
Konsep dari ingatan organisasi berarti bahwa pembelajaran organisasi
yang efektif tidak hanya mempengaruhi anggota nya yang sekarang saja, melainkan
juga anggota nya yang akan dating yang berhubungan dengan pengalaman,
kepercayaan dan norma yang akan terkumpul.
pembelajaran organisasi hanya menghasilkan sebagian solusi bagi masalah
(Prahalad an Hamel, 1990). Yang sama
pentingnya dengan pembelajaran organisasi yaitu dengan meninggalkan masa lalu
yang membuat sebuah perusahaan tidak mengalami kemajuan secara sehat.
Huber
(1991) mempertimbangkan 4 hal yang membangun pembelajaran organisasi, yaitu :
akusisi pengetahuan, sistribusi informasi, interpretasi informasi dan ingatan organisasi. Dia menjelaskan bahwa pembelajaran tidak
harus dilakukan secara sadar atau disengaja.
Lebih jauh lagi, dia mengatakan bahwa pembelajara tidak harus selalu
meningkatkan efektifitas orang yang belajar, atau bahkan efektifitas yang
potensial. Dia mengatakan juga bahwa
pembelajaran tidak harus selalu dilihat dari hasil yang dapat diteliti. Dilihat dari sudut pandang perilaku, Huber
(1991) mencatat : seseorang belajar hanya jika melalui proses informasi saja
perilaku nya berubah.
Argyris
and Schon (1978) menyarankan ada alas an yang lebih mendalam dibalik penerepan
system informasi, khususnya jika teknolohi digunakan untuk menangani masalah
struktur yang sangat rusak yang dihadapi oleh sebuah organisasi. MEreka menyarankan supaya system informasi
dipandang sebagai bagian dari masalah yang lebih umum dari pembelajaran
organisasi
2.5.Inovasi dan Budaya
Istilah
inovasi diambil dari bahasa latin Innovatio, kata benda yang diambil dari kata
kerja innovare. Kata tsb mulai digunakan
pada tahun 1540 yang berarti ‘to renew’ –memperbaiki atau ‘change’
berubah. Walaupun istilah tsb sudah
sangat sering digunakan, inovasi secara umum menjelaskan mengenai pencimptaan
atau perbaikan sebuah produk, teknologi, atau ide. Inovasi dapat diartikan sebagai renovasi dari
inovasi yang menunjukan perubahan mendasar atau perubahan yang bertentangan.
Inovasi
telah dikenal sebagai elemen kunci dari efisiensi dan persaingan pasar yang
dinamis (Schumpeter 1934). Mengikuti
Schumpeter (1934), kontibutor literature mengenai inovasi biasanya membedakan
antara penemuan, sebuah ide baru, ide yang telah diterapkan dengan sukses. Secara ekonomi, perubahan tersebut harus
meningkatkan nilai, nilai konsumen atau nilai produksi. Tujuan dari inovasi ini adalah perubahan yang
positif untuk membuat seseorang atau sesuatu lebih baik.
Komponen
kunci dalam keberhasilan perusahaan industry adalah dengan memperluas inovasi
tsb. Inovasi berhubungan dengan
kapasitas perusahaan untuk berhubungan dengan inovati; yaitu dengan cara
memperkenalkan proses baru, produk baru atai ide baru dalam organisasi (Hult et
al, 2004). Situasi lingkungan dewasa
ini (ketidak jelasan, resiko tinggi dan
mudah berubah) mengharuskan perusahaan mengembangkan inovasi mereka agar dapat
menjaga atau mengembangkan daya saing mereka.
Kapasitas untuk berinovasi merupakan faktor yang penting yang
berpengaruh pada pencapaian bisnis (hurley and Hult, 1998). Organisasi yang berhasil mempunyai kemampuan
untuk merubah inovasi menjadi budaya organisasi dan proses manajemen dalam organisasi
(syret and Lammiman, 1997; O’reilly and Tushman, 2002), budaya organisasi terletak didalam hati
inovasinya.
Tylor
(1871) merupakan orang pertama yang menyebutkan istilah budaya: “kompleks
keseluruhan yang mencangkup ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat
istiadat dan kemampuan lainnya, serta kebiasaan yang dibutuhkan manusia sebagai
anggota masyarakat.”. Menurut Schein
(2009) budaya organisasi sebagai sebuah
pola penciptaan asumsi dasar, yang ditemukan atau dikembangakan oleh berbagai
kelompok yang digunakan untuk menghadapi masalah penyesuaian eksternal dan
peningkatan internal. Pola tsb telah
bekerja dengan baik dan cukup dianggap sebagai nilai, karenanya harus diajarkan
kepada anggota baru supaya dapat
memperbaiki cara pikir, penerimaan dan perasaan nya yang berhubungan dengan
masalah2 tsb.
3.
Model
Penelitian
Gambar
ini merupakan model penelitian yang diajukan untuk mencari peranan manajemen
pengetahuan dalam keberhasilan
penerapan ERP.
Seperti
yang terlihat di Gambar 2.model penelitian ini didasarkan pada OL dan KBV. Kapasitan penyerapan akan beragam dalam
pembelajaran organisasi; dimensinya mencakup :akusisi, asimilasi, transformasi,
eksploitasi (Crossan et al. 1999; Huber 1991; alavi dan Leidner, 2001; Lane et
al, 2001). Dimensi kemampuan pengetahuan
yaitu penciptaan pengetahuan, pengulangan pengetahuan, pemindahan pengetahuan,
dan aplikasi pengetahuan (Gable et al. 2008).
Dimensi untuk budaya inovasi adalah : perhatian inovasi, infrastruktur
inovasi, pengaruh inovasi, penerapan inovasi.
Tabel 3 (Dobni, 2006; Hult et al 2004; Hurley and Hult, 1998; Skerlavaj
et al, 2010).
4.
Desain
Penelitian
Kerangka
pemikiran akan dikembangkan mulai dari literature dan ulasan industri yang
dibangun dalam metodologi penelitian untuk meyakinkan rancangan penelitian,
rencana dan eksekusi penelitian ini dapat di terapkan secara terencana dan
terjadwal. Lebih jauh lagi, metodologi
penelitian ini diformulasikan supaya objektivitas penelitian ini dapat
dicapai. Secara mendasar, penelitian
ilmiah dibagi menjadi 2 kategori yang diterapkan dan penelitian dasar, yang
mengacu pada etika dan norma perilaku social tertentu. Penelitian ini
dikategorikan sebagai penelitian penerapan, yang dirancang berdasarkan
literature mendalam, konsep penelitisan empiris dan pengertian terhadap objek
penelitian. Proses dan perencanaan kerja
penelitian ini dirancang secara sistematis, mulai dari literature dan review
industri dan berakhir dengan merancang laporan desertasi yang menyeluruh. Secara umum proses dan rencana kerja
penelitian ini dapat digambarkan di Gambar 3.
5.
Kesimpulan
Penelitian ini
berpengaruh signifikan dalam menghasilkan pemikiran baru mengenai kunci-kunci
keberhasilan penerapan perencanaan sumber daya perushaan yang didasarkan pada
pandangan manajemen pengetahuan dan akan membatu memahami faktor kunci
kesuksesan penerapan ERP. Penelitian yang akan datang dapat dilakukan
untuk menilai pengaruh organisasi dan pengetahuan pada keberhasilan penerapan ERP dengan mengukur
dimensi yang lebih mendalam lagi.
Keberhasilan penerapan ERP merupakan
keharusan. Dalam dunia usaha yang global
dewasa ini, dan persaingan usaha, ERP
menjadi salah satu alat utama untuk meraih persaingan di lingkungan usaha. ERP
merupakan salah satu kerangka untuk menciptakan dan menjaga efisiensi dan
efektifitas front-office dan back-office.
Pengertian yang lebih baik mengenai faktor-faktor yang menyebabkan
keberhasilan penerapan ERP akan memberikan manfaat kepada para praktisi yang
menerapkan system ini. Organisasi, mulai
dari yang kecil yang memanfaatkan atau merencanakan penerapan ERP akan mendapatkan
keuntungan dari pengetahuan ini.
Penelitian di masa yang
akan datang dapat menilai keberhasilan pengaruh pengetahuan dan organisasi
dalam penerapan ERP
dengan menggunakan dimensi dan alat ukur yang lebih dalam. Keberhasilan penerapan perencanaan sumber
daya perusahaan merupakan keharusan.
Ref : Journal of Computer Science 10 (3): 499-507, 2014
ISSN : 1549-3636
2014 Science Publications
By Sevenpri
Candra (School of Business Management, Bina Nusantara University, Jakarta,
Indonesia
No comments:
Post a Comment